(MOSKOW) Baru pertama kali ini wayang kulit lengkap dengan gamelan tampil secara live di dua gedung teater terkenal dan sekolah di Rusia pada 15, 18 dan 20 Mei 2018. Bagaimanakah sambutan penonton di Rusia?
Melansir dari laman Kementerian Luar Negeri RI, duet dalang kondang Indonesia, Ki Anom Suroto dan Ki Bayu Aji, ditambah aksi dalang cilik Pramariza Fadlansyah dan Rafi Ramadhan berhasil membius warga Rusia. Bahkan seorang gadis semester terakhir dari Moscow State University bernama Eliza mendekati Ki Bayu usai pertunjukan dan menyatakan keinginannya untuk menjadi dalang.
Sementara seorang warga Rusia lainnya yang merupakan guru seni mengatakan akan datang ke KBRI Moskow untuk belajar menabuh gamelan dan kemungkinan membeli seperangkat gamelan dari Indonesia. Sebagai bentuk apresiasi, Ki Bayu memberikan sebuah wayang dan gunungan kepada kedua warga Rusia tersebut.
Rangkaian diplomasi budaya ini diselenggarakan KBRI Moskow di tiga kota Rusia, yaitu di Gedung Pusat Kebudayaan Troitsky, Saint Petersburg; Tchaikovsky Moscow State Conservatory, Moskow; dan Sekolah Gimnasium, Distrik Korolyov.
Kepala Bidang Kebudayaan Distrik Nevsky, St. Petersburg, Marina Borisovna yang belum pernah ke Indonesia dan hadir pada pagelaran menyambut baik pagelaran budaya Indonesia di St. Petersburg dan berharap di masa yang akan datang dapat berkunjung ke Indonesia untuk lebih mengetahui budaya Indonesia.
“Saya sudah berbicara dengan murid-murid sekolah bahwa saya akan segera berkunjung ke Indonesia. Saya pun akan bercerita bahwa untuk pertama kalinya saya dapat menyaksikan wayang kulit di kota saya,” kata Marina Borisovna pada saat pagelaran di St. Petersburg. Pertunjukan di Gedung Troitsky yang berkapasitas 700 orang pun penuh dengan para pengunjung yang umumnya terdiri dari para pelajar sekolah menengah.
Sementara itu, Kepala Departemen Hubungan Internasional Tchaikovsky Moscow State Conservatory, Margarita Karatyagina menyampaikan pertunjukan seperti ini belum pernah terjadi dalam sejarah Tchaikovsky Moscow State Conservatory yang didirikan tahun 1866. Para penonton tidak beranjak dari tempat duduknya saat pagelaran usai dan memberikan applause yang panjang saat para seniman wayang dan penari, yang sebagian besar warga Rusia, berdiri berjajar memberikan hormat kepada para penonton.
Antusias tinggi warga Rusia membuat Ki Anom Suroto memiliki kesan tersendiri. Menurutnya, warga Rusia sangat menghargai budaya klasik. Bahkan dia sempat menyeka air matanya ketika anak-anak Sekolah Gimnasium menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan sangat fasih sebelum acara dimulai.
*Sumber: kemlu.go.id