(JAKARTA) Dulu sebelum datang era ponsel pintar, pertemuan dan percakapan dengan teman, sahabat atau kerabat rasanya terasa lebih maksimal dan berkualitas. Setiap orang saling fokus berbicara dengan lawan bicaranya, tanpa ada ‘pengganggu’. Namun kini sepertinya era itu sudah bergeser. Terkadang tangan dan mata kita tetap sibuk dengan ponsel, sementara lawan bicara masih ngobrol dengan kita. Fenomena inillah yang disebut dengan phubbing.
Di kamus Bahasa Indonesia, phubbing belum memiliki arti atau belum terdapat kata serapan yang tepat. Phubbing merupakan gabungan dari kata phone (telepon) dan snubbing (menolak, tak peduli). Laman stopphubbing.com mendefinisikan phubbing sebagai tindakan tak mempedulikan orang lain dengan cara sibuk mengoperasikan ponsel.
Ada sebuah Jurnal Penelitian Psikologi Sosial yang menemukan bahwa respon seseorang menjadi negatif jika lawan bicaranya melakukan phubbing. Begitu pula dengan penelitian lain dalam Computers in Human Behavior in 2016 yang mengatakan bahwa mengirim SMS saat percakapan membuat pembicaraan kurang memuaskan bagi orang yang memilikinya, dibandingkan dengan orang yang berinteraksi tanpa ponsel.
Dari sisi kesehatan mental, phubbing ternyata juga memiliki dampak buruk. Dalam studi terbaru tentang masalah ini, phubbing dapat mengancam ‘4 kebutuhan dasar’ psikologi manusia: rasa memiliki, harga diri, keberadaan dan kendali. Jika phubbing dilakukan, maka lawan bicara akan merasa dikucilkan. Hal ini mungkin sangat berbahaya karena phubbing terjadi sepanjang waktu, kata para peneliti.
*Sumber: stopphubbing.com